Prodi KPI Universitas PTIQ Tawarkan Keilmuan Komunikasi Berbasis Al-Quran

Lulusan Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas PTIQ memiliki modal dasar yang kuat untuk dapat sukses dalam pengabdian, profesi maupun karir. Pasalnya, Prodi KPI ini mempunyai distingsi dengan Prodi sejenis. Yakni: menjadikan Al-Qur’an dan ulumul Qur’an sumber motivasi, sumber nilai  dan basis studi, kajian atau penelitian.  Tinggal masalahnya, apakah mahasiswa mampu mengawinkan, mengintegrasikan dan mengkonteksualisasikan Al-Qur’an dan ulumul Qur’an dengan kajian keilmuwan ataupun Metode penelitian komunikasi sekuler.

Hal tersebut dikatakan Ketua Prodi KPI Universitas PTIQ Jakarta Achmad Fachrudin  pada acara Pelantikan Pengurus Himpunan Mahasiswa KPI (HIMAKOPI) Fakultas Dakwah Universitas PTIQ, Kamis di Jakarta.  Hadir di acara tersebut Dekan Fakultas Dakwah Fakultas PTIQ Jakarta Dr. Topikurohman Bedowi MA yang sekaligus melantik Pengurus HIMAKOPI. Pada masa bakti 2023-204, HIMAKOPI dipimpin oleh Andini Putri dengan jumlah kepengurusan mencapai lebih dari 40 orang mahasiswa aktif Prodi KPI. Usai Pelantikan, Pengurus HIMAKOPI langsung tancap gas dengan menggelar Rapat Kerja (Raker).

Selain mempunyai kemampuan mengintegrasikan ulumul Qur’an dengan keilmuwan komunikasi sekuler, menurut Fachrudin  yang juga dikenal mantan jurnalis senior, mahasiswa KPI  harus dilengkapi dengan kompetensi atau keterampilan (sklil) di bidang komunikasi verbal, non verbal maupun digital yang standar. Lebih dari itu, sebaiknya kompetensi tersebut dibuktikan dengan sertifikat/penghargaan dan prestasi atau juara pada kompetisi komunikasi  di level nasional bahkan internasional. Misalnya menang atau juara pada lomba kompetisi mengarang, berpidato,  membuat konten kreatif dakwah, dan lain-lain.

Fachrudin, yang biasa disapa abah oleh rekan-rekannya mengakui, untuk  melahirkan lulusan mahasiswa KPI yang meraih juara, prestasi  serta mampu memenangkan persaingan di bidang bisnis atau komunikator profesional, tidak mudah. Penyebabnya banyak. Diantaranya karena saat ini sudah banyak institusi pendidikan formal dan non formal bergerak dalam studi komunikasi. Bahkan diantaranya sudah mencapai akreditasi unggul dan telah banyak meluluskan alumni yang sudah layak jual (marketable) dan professional di bidang komunikasi.  

Tantangan lainnya,  penyedia lapangan kerja pada umumnya membutuhkan pegawai yang memiliki kompetensi digital yang memenuhi standar profesional.  Sementara manakala hendak menjadi pengusaha berbasis komunikasi (entrepreneur communication), jugatidak mudah karena memerlukan pengetahuan dan kompetensi tinggi. Bahkan harus memiliki kualitas produksi, akses pemodalan, pemasaran, lokasi usaha dan sebagainya, yang ditinjau dari aspek bisnis mempunyai kelayakan. Selain etos intelektualisme, disiplin, kerja keras, dan sebagainya.

Namun demikian, menurut mantan anggota Bawaslu DKI, tidak mudah bukan berarti tidak bisa dilakukan dan diwujudkan. Semuanya bisa diiktiarkan dan diwujudkan asal ada kemauan dan diwujudkan secara konkrit dan konsisten. Dalam konteks Prodi KPI Universitas PTIQ, menurut Fachrudin yang juga dikenal seorang pemerhati isu-isu kepemiluan, harus mampu memanfaatkan potensi dasar yang dimiliki. Yakni: mengintegrasikan Al-Qur’an dengan metode penelitian keilmuwan komunikasi sehingga menghasilkan berbagai produk keilmuwan dan kompetensi komunikasi yang memiliki distingsi dan sekaligus  nilai lebih.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these